Laman

Sunday, March 29, 2009

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN INOVATIF DALAM BIDANG STUDI EKONOMI

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN INOVATIF
DALAM BIDANG STUDI EKONOMI
Oleh: Neti Budiwati

ABSTRAK
Model pembelajaran yang selama ini hanya menekankan pada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan sudah saatnya untuk ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berfikir kreatif dan inovatif. Hal ini dikarenakan berfikir kreatif, inovatif dan produktif sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah saatnya proses pembelajaran yang menghambat kreativitas siswa dihilangkan, yaitu dengan cara memberi kebebasan kepada siswa dalam menjalankan proses berfikirnya atau dalam proses belajarnya.

Model pembelajaran kreatif dan produktif mendasarkan pada Teori Belajar Koginitif, khususnya pada Teori Belajar dari Piaget yang mengatakan bahwa hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa pada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Dengan menerapkan model pembelajaran ini kelak diharapkan lahir orang-orang kreatif. Orang yang tingkat kreatifitasnya tinggi umumnya tingkat produktifitasnyapun tinggi, dengan kata lain orang kreatif juga produktif
Untuk dapat mengaplikasikan model pembelajaran ini, maka guru ekonomi harus memiliki kemampuan dalam memahami konsep kreativitas dan memiliki kemampuan akademik dan teknis porses belajar mengajar. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model kreatif dan produktif, yaitu 1) preparasi; 2) inkubasi; 3) iluminasi; dan 4) verifikasi.

Kata Kunci: komformitas, konvergensi, preparasi, inkubasi, iluminasi, verifikasi





A. Pendahuluan
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan berbagai pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita sebagai seorang guru tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang kita laksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Kondisi ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran di kelas, umumnya guru lebih menekankan pada aspek kognitif. Kemampuan intelektual yang dipelajari sebagian besar berpusat pada pemahaman materi pelajaran yang bersifat ingatan. Guru lebih sering menggunakan komunikasi satu arah, yakni dengan menggunakan metode ceramah. Dalam situasi yang demikian, biasanya peserta didik dituntut untuk menerima apa-apa yang dianggap penting oleh guru dan menghafalnya. Siswa diibaratkan sebagai kaset kosong yang siap dijejali dengan berbagai rekaman informasi, tanpa siswa banyak mengetahui tentang siapa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa materi itu diberikan. Guru pada umumnya kurang menyenangi situasi dimana para peserta didik banyak bertanya mengenai apa-apa yang berada diluar konteks yang dibicarakan saat itu. Dengan kondisi yang demikian maka aktivitas dan kreativitas para peserta didik terhambat atau tidak dapat berkembang secara optimal.

B. Apa dan Bagaimana Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Dipandang dari sudut manapun, kebutuhan akan kreativitas sangat penting. Berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat menuntut kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dan kepiawaian mencari pemecahan yang imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan. Sudah saatnya penekanan dalam proses belajar mengajar yang hanya menekankan pada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan untuk ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berfikir kreatif dan inovatif. Dengan kata lain saat ini kreativitas dan berfikir produktif benar-benar dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran ekonomi dapat tercapai.
Dalam pengertian sehari-hari, kreativitas disamakan dengan daya cipta dan cenderung hanya ditujukan pada bidang seni saja. Sebenarnya kreativitas tidak hanya menyangkut bidang seni, melainkan meliputi juga berbagai bidang ilmu termasuk didalamnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bentuk kreativitas dalam IPS antara lain kreativitas dihubungkan dengan proses-proses kognitif, seperti pentingnya penemuan, memecahkan masalah baru, atau menemukan jawaban baru terhadap masalah lama. Keanekaragaman pandangan menunjukkan betapa luas dan kompleks hal yang menyangkut kreativitas. Oleh sebab itu untuk mengetahui arti dari kreativitas secara luas dan mendalam, maka perlu dikaji berbagai defenisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Yang diciptakan itu sebenarnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi bisa juga merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Tentang defenisi kreativitas sendiri para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda.
Conny Semiawan (1987:7) mengatakan kreativitas adalah “Kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah”. Sedangkan Utami Munandar (2002:33) mengatakan kreativitas sebagai: „Kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya“
Defenisi yang menekankan dimensi produk kreatif menekankan unsur orisinalitas, kebaharuan, dan kebermaknaan, seperti defenisi kreativitas yang dikemukakan oleh Barron (Utami Munandar,2002:28) yang menyatakan bahwa ‘Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru’. Begitu pula menurut Haefele (Utami Munandar,2002:28)’ Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial’. Defenisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. unsur-unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Defenisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna. Produk kreatif yang dihasilkan oleh individu yang dibuktikan dalam karya-karya kreatifnya menjadi ukuran, apakah ia atau mereka layak disebut sebagai orang kreatif, istimewa atau tidak. Orang yang tingkat kreatifitasnya tinggi umumnya tingkat produktifitasnyapun tinggi, dengan kata lain orang kreatif juga produktif. Kata kreatif dan produktif berjalan seiring, oleh karena itu berbicara kreatif berarti juga bicara tentang produktif.
Pembelajaran kreatif dan produktif melandaskan kepada Teori Belajar Kognitif, dengan tokohnya: Piaaget, Bruner dan Ausubel. Ketiga tokoh Teori Kognitif ini sama menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget (dalam C. Asri Budiningsih), hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa pada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Sedangkan Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif.
Model Pembelajaran kreatif dan produktif dalam bidang studi ekonomi lebih memungkinkan untuk diterapkan, karena sifat analitis dari ilmu ekonomi selain deduktif juga bersifat induktif. Artinya analisis ekonomi dapat berangkat dari teori maupun secara empirik. Dengan demikian melalui pembelajaran bidang studi ekonomi sebenarnya dapat melahirkan anak didik yang kreatif dan produktif. Model pembelajaran kreatif dan produktif memberi kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitasnya, sehingga dalam model ini yang lebih dominan berperan adalah siswa sedangkan guru hanya bertindak sebagai organisator, fasilitator dan evaluator.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran ini maka harus didukung dengan kondisi lingkungan yang kondusif. Karena masih ada lingkungan yang kurang kondusif yang kurang menghargai imajinasi atau fantasi, yang sebenarnya hal ini dapat mendorong kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan komformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Agar model pembelajaran ini dapat efektif, maka terlebih dahulu guru harus memahami bahwa seseorang akan menjadi lebih kreatif dalam mengatasi setiap masalah (misalnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup) apabila dihadapkan pada kondisi dan suasana lingkungan yang menantang. Oleh sebab itu jangan sampai muncul hambatan dalam kreativitas seseorang yang salah satunya karena kurang adanya dukungan dan respon terhadap gagasan-gagasan baru.

No comments:

Post a Comment