Laman

Sunday, March 29, 2009

“An Analysis of the Influence of Social Economy Environment for Student consumptive Attitude” (Study case in Senior High School se-Kota Bandung)”

by: Neti Budiwati
ABSTRACT

“An Analysis of the Influence of Social Economy Environment for Student consumptive Attitude” (Study case in Senior High School se-Kota Bandung)”.

Aas Nurasyiah*); Neti Budiwati**)

The appropriate necessity of consumption attitude will secure everyone’s life to be more prosperous. In addition, the exaggeration of consumption attitude is hates by Allah as in Holy Quran (At-takasur: 1-8) and some hadist. But, now the phenomenon shows that the majority of Moslem in Indonesian society has a consumption attitude that tends to be consumptive. That is known from the news which mentioned about a hand phone store in Singapore is selling elegant hand phone and 50% of the seller is Indonesian people. This tendency of consumptive attitude adheres to the teenager’s life especially for Senior High School student in the big countries. From the result of pre-research which done to 100 Senior High School students show that the approximate of Senior High School student’s out come for the pleasure necessity is bigger (21,26%) than student’s out come for the investment necessity. Besides, student’s tendency to saves money is lowest 0, 88%. This consumptive attitude describes from the students habit to shopping and hang out in Mall. The data show around 47% student mentioned that they often hang out and shopping in Mall, this percentage is bigger than student who never and seldom to shopping and hang out in Mall.

This research is conducted to Senior High School students in Bandung and takes the sample as many as 360 students in six of Senior High School in Bandung based on cluster order (Stratified random sampling). The research done to know what is the social economy environment factors that influence student consumptive attitude.

Based on the result of the research is known that simultaneously the social economy environment includes variable of parents’ treat pattern, social economy family’s statue, economy education and group of friend are significantly influence for student consumptive attitude with the determination of coefficient as big as 54,4%. Meanwhile, partially social economy family’s statue, economy education and group of friend are significantly influence, but parents’ treat pattern is not significantly influence for Senior High School’s student consumptive attitude in Bandung.

Key word: Social economy environment, Consumptive attitude

------------------------

*) Alumni Prodi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPIPS UPI

**) Dosen Pada Prodi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPIPS UPI

PENDAHULUAN

Di dalam ayat al-Qur’an Allah telah berfirman : 1). Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 2). Sampai kamu masuk dalam kubur, 3). Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu), 4). Dan janganlah begitu, kamu akan mengetahui perbuatanmu itu, 5). Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6). Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahanam, 7). Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin, 8). Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megah-megahkan di dunia itu (Q.S : At-takasur, 1-8).

Ayat ini mengemukakan bagaimana Allah mencela dan mengancam kepada orang-orang yang bermegah-megahan terhadap harta yang diperolehnya dengan menyeru “Janganlah begitu” sampai tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang suka bermegah-megahan. Karena perbuatan ini akan melalaikan kehidupan seorang manusia.

Thorstein Veblen dalam The Theory of the Leisure Class menyatakan bahwa dengan harta melimpah orang berlomba-lomba membeli barang-barang yang digunakan untuk pamer. Hal ini dimaksudkan untuk membuat orang kagum dalam arti ‘Conspicious consumption of valuable goods a means of reputability to the gentlement of leisure’ (Deliarnov, 1995 :145).

Kondisi yang digambarkan di atas dinamakan dengan gaya hidup. Sebenarnya tren dan gaya hidup (pola konsumsi) oleh masyarakat Indonesia sebagai negara berkembang adalah tren dan gaya hidup masyarakat negara maju atau barat. Masyarakat negara berkembang mencoba mereplikasi gaya hidup mereka tapi tidak diimbangi dengan kemampuan produksi. Perilaku-perilaku yang selalu mengikuti tren modern dan tuntutan sosial cenderung menimbulkan gaya hidup konsumtif pada sebagian masyarakat, salah satunya adalah remaja. Remaja menyadari bahwa dukungan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan diri dan menganggap kelompok sosial menilai dirinya dari materi yang dimiliki.

Pola konsumsi yang cenderung konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Masalah ini juga menimpa sebagian besar remaja di Kota Bandung, khususnya para remaja yang duduk di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas). Hal ini didukung oleh kondisi kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang padat dengan pusat-pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, di setiap pojok kota Bandung dapat dengan mudah ditemukan Factory outlet, cafe atupun mall-mall yang berdiri dengan megah. Tempat-tempat itulah yang kemudian menjadi simbol pergaulan bagi para remaja di Kota Bandung.

Masalah ini dapat tergambarkan dengan jelas dari data rata-rata pengeluran siswa SMA di Kota Bandung berdasarkan uang saku yang diperolehnya selama satu bulan Data tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Rata-Rata Pengeluaran Siswa SMA dari Uang Saku

yang Diperoleh Selama Satu Bulan

Jenis Pengeluaran


Persentase


Pengeluaran Konsumsi

Jajan (Makanan & Minuman) =Rp 279.000


61,61 %


Rp 279.000 + Rp 96.250 = Rp 375.250

Catatan :

Rata-rata Pengeluaran konsumsi siswa tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat jawa Barat yaitu sebesar Rp 262.716

Kebutuhan lain-lain/bersifat kesenangan (isi pulsa HP, jalan-jalan, nonton di bioskop, membeli barang baru) = Rp 96.250


21,26 %

Kebutuhan belajar (ongkos transport, alat tulis, buku, mengerjakan tugas) = Rp 73.500


16,23 %

Tabungan =Rp 4000


0,88 %

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pengeluaran konsumsi siswa SMA untuk kebutuhan yang sifatnya kesenangan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengeluaran siswa untuk kebutuhan belajar yang merupakan investasi bagi masa depan mereka. Selain itu kecenderungan siswa untuk menabung sangat rendah.

Disamping itu, untuk mengetahui perilaku siswa dalam menggunakan uang saku yang diperolehnya, di bawah ini diketahui mengenai data kecenderungan perilaku konsumtif siswa SMA di Kota Bandung, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:

Kecenderungan Perilaku Konsumtif Siswa SMA di Kota Bandung

3 kali 27, 58 % 53, 4 % 18, 96 % Jalan-jalan dan belanja di Mall (BIP, BSM, IP,……) Tidak pernah Kadang-kadang Sering 8,3 % 43,7 % 47, 9 % Tipe HP yang dimiliki Hp tidak berkamera Hp berkamera 33 % 67 %" v:shapes="_x0000_s1026" align="left" height="226" hspace="12" width="437">



Dari data diatas dapat diketahui bahwa siswa SMA Negeri di Kota Bandung cenderung memiliki perilaku konsumtif dalam menggunakan uang saku yang diperolehnya dari orang tua. Hal ini diketahui dari perilaku mereka yang terbiasa makan di restoran-restoran fast food dengan data 1-3 kali 53,4 % siswa selama satu bulan makan di restoran fast food, jalan-jalan dan belanja di mall dengan data 47,9 % siswa menyatakan “sering” jalan-jalan dan belanja di mall, lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan siswa yang menyatakan “kadang – kadang”. Selain itu jenis HP yang dimiliki siswa mayoritas berkamera. Padahal, perilaku konsumsi siswa dalam ketiga hal tersebut dianggap konsumtif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya yang masih mengandalkan keuangan orang tua.

Terkait masalah di atas ada satu hal yang perlu dipertanyakan yaitu mengenai peranan pendidikan ekonomi. Karena hakekat dari pendidikan ekonomi adalah mendidik para siswa agar bersikap bijak menggunakan sumber daya yang terbatas dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan kurikulum nasional untuk mata pelajaran ekonomi yang diterapkan di tingkat Sekolah Menengah pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tingkat Sekolah menengah Pertama sejak Kelas VII telah diajarkan mengenai hakekat manusia sebagai makhluk ekonomi dengan pembelajaran mengenai tindakan ekonomi yang rasional, motif dan prinsip ekonomi serta kegiatan/tindakan ekonomi sehari-hari yang berdasarkan motif dan prinsip ekonomi. Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas pembelajaran yang khusus membahas masalah konsumsi dapat diketahui dari model KTSP dalam bentuk tabel berikut ini :

Materi Pembelajaran Konsumsi pada Mata Pelajaran Ekonomi untuk

Tingkat SMA dalam Model KTSP

Standar Kompetensi


Kompetensi Dasar


Materi Pembelajaran

Memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi konsumen dan produsen


Mendeskripsikan pola perilaku konsumen dan produsen


Perilaku konsumen dan produsen:

§ Mamfaat dan nilai suatu barang

§ Perilaku konsumen

§ Perilaku produsen

Mendeskripsikan peran konsumen dan produsen


Pelaku ekonomi

Memahami konsumsi dan investasi


Mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan


Penerapan fungsi matematika dalam ekonomi

Sumber : www.Puskur.go.id

Dengan demikian, maka seharusnya pendidikan ekonomi dapat menghasilkan manusia-manusia yang bijak dalam melakukan konsumsi termasuk para remaja yang berstatus sebagai siswa SMA Negeri dengan asumsi lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan para remaja lainnya .

Dalam masalah ini faktor lingkungan sosial ekonomi memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku konsumtif siswa SMA (remaja). Mengingat usia remaja secara psikologis merupakan usia yang memiliki ciri mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Selain itu individu remaja banyak belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya yang memberinya berbagai pengalaman belajar. Menurut Muhammad Al-Mighwar (2006 :167) “Pengalaman belajar itu bisa berupa pergaulan dengan orang tua, saudara, keluarga lain, guru dan teman-teman sebayanya. Dari sana, individu memahami tingkah laku apa saja yang disenangi dan tidak disenangi oleh kelompok sosial sehingga terbentuklah pola tingkah laku”.

Dimensi dari lingkungan sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif siswa SMA ini diantaranya, yaitu :

1) Pola perlakuan orang tua terhadap anak, perilaku yang diupayakan orang tua dalam menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral ekonomi pada anak berhubungan signifikan dengan pasang surut kepercayaan dan kewibaan orang tua yang mereka rasakan. (Moch. Shohib, 1997 : 107).

2) Status sosial ekonomi keluarga, secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku siswa (Awaliyah Dahlani, 2007 :14).

3) Pendidikan ekonomi, dalam pandangan remaja guru adalah cerminan dari alam luar. “Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan”. (Panut panuju, 1999 : 131).

4) Kelompok teman sebaya (Peer group), Saifudin Azwar (1995 : 32) mengemukakan bahwa : Sikap orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup. Namun, biasanya apabila dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya maka pengaruh sikap orang tua jarang menang. Hal ini terutama benar pada anak-anak remaja di sekolah menengah dan perguruan tinggi

Dari paparan di atas , maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah pola perlakuan orang tua terhadap anak berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa SMA Negeri di Kota Bandung ?

2) Apakah status sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa SMA negeri di Kota Bandung ?

3) Apakah pendidikan ekonomi berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa SMA Negeri di Kota Bandung ?

4) Apakah kelompok teman sebaya (Peer group) berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa SMA Negeri di Kota Bandung ?

1 comment:

  1. People would play for hours and so it was very difficult to get to play. This is just the tip of the iceberg that the two suppliers have to offer, and tons of|there are numerous} different great builders as nicely. But even these three games will surely maintain you oblivious to the world around you until COVID-19 leaves us for good. Achilles, aka the best Greek warrior, will brace your gaming spirit with just one re-spin, but with 2 held stacks of wilds. North Storm revolves around an epic Viking theme to alongside with|go together with|associate with} its dynamic and impressive graphics. With birds flying towards of|in course of} the Asgardian horizon and snow flurries making their 우리카지노 well past the reels, North Storm is a shocking slot.

    ReplyDelete